Halaman

Selasa, 14 Agustus 2012

Sejarah Angklung.

 
Photo ini diambil awal abad 20 dimana sekelompok anak Sunda sedang  memainkan angklung.


Angklung. Diperkirakan angklung lahir pada masa keemasan kerajaan Sunda. Tradisi bermain angklung paling kuno ditemukan pada masyarakat Baduy. Kabuyutan Baduy sendiri tercatat didirikan raja Sunda waktu itu bernama Prabu Darmasiksa (1175-1297). Kabuyutan dimaknai sebagai langkah visioner prabu Darmasiksa untuk menjaga warisan leluhur, khususnya karuhun Sunda. Visinya berhasil. Kita masih dapat melihat kehidupan Sunda kuno dengan memasuki kawasan Sunda itu  di Banten sekarang. Apa jadinya identitas Sunda tanpa rujukan identitas yang jelas, bukan?

Dari sana juga dapat disimpulkan orang Sunda ini memang masyarakat agraris. Mereka masyarakat agraris yang menjaga harmoni dengan alam. Bahkan untuk ritual menanam padi pun mereka melengkapinya dengan bunyi bunyian alam. Ya, angklung ini lah yang mengeluarkan bunyi bunyian alam. Alam dihormati sebagai bagian dari kehidupan yang tidak boleh dirusak. Bukan saja tidak boleh dirusak, ia perlu dimuliakan dengan bunyi bunyian pula.





Maka tidak mengherankan kalau di hampir seluruh kawasan Sunda kita menemukan tradisi angklung :


 
  1. Angklung Kanekes, kawasan Baduy, Banten. Angklung dipergunakan sebagai bagian dari ritual menanam padi. Diturunkan dan tradisinya dijaga ketat. Peraturan yang keras kapan angklung boleh dimainkan.
  2. Angklung Dogdog Lojor, komunitas gunung Halimun ( Bogor, Sukabumi, Lebak ). Komunitas ini merupakan sisa laskar Pajajaran terakhir dibawah raja terakhir Pajajaran, Suryakancana. Angklung selain sebagai bagian dari ritual pertanian, juga sebagai penjaga ritme saat berperang.
  3. Angklung Gubrag, Cipining, Cigudeg, Bogor. Angklung yang dikembangkan komunitas kecil sebuah kampung.
  4. Angklung Badeng, Malangbong, Garut. Tetap mewarnai ritual menanam padi. Namun nuansa Islamisasi sangat kuat terlihat disini.
Bila melihat pola di atas, memang tak dapat dipungkiri bahwa angklung memiliki kaitan panjang dengan sejarah panjang kerajaan Sunda sendiri.

Ketika masyarakat Sunda perlahan lahan menjadi masyarakat metropolis, angklung pun berubah menjadi Instrumen modern dengan fungsi entertainmen. Disini muncul tokoh Daeng Soetigna, dan kemudian Udji Ngalagena. Kita mengenal Saung Angklung Udjo di tengah keramaian kota Bandung sekarang. Bukan di desa desa dengan padi menguning nan sepi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...