Daeng Soetigna, Bapak Angklung Modern.
12 November 1946, mereka bertemu di Linggarjati. Soekarno mewakili bangsanya berunding dengan Belanda. Daeng Soetigna 'mewakili bangsanya' memainkan angklung di hadapan para tamu asing. Mungkin itu kali pertama angklung dimainkan di even internasional.
Soekarno terkesan dengan permainan angklung Daeng. Mounbatten, Laksamana Lord Louis Mounbatten, Panglima Tentara Sekutu untuk
Asia Tenggara, agaknya juga terkesan. Kembali Daeng diminta tampil Dalam acara perpisahan dengan sang laksamana. Kali ini di Istana Jakarta.
Di 'kandang' Daeng di Bandung, Daeng kembali unjuk gigi dalam konfrensi Asia Afrika tahun 1955. Sejak itu reputasi Daeng tak tertahankan di arena internasional. Kelak salah seorang murid Daeng, Udjo Ngalegena meneruskan tradisi gurunya memperkenalkan angklung kepada dunia lewat Saung Angklung Udjo.
Lahir di Garut, Jawa Barat, 13 Mei 1908, sang maestro wafat di Bandung pada 8 April 1984.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar